Saya pribadi tidak keberatan bila ada orang yang berkenan membantu mengurus sesuatu. Saya pribadi tidak keberatan memberi balas jasa berupa uang kepada orang tersebut. Untuk mereka yang lebih mementingkan waktu ketimbang uang tentu setuju dengan pendapat saya.
Tapi sebesar apa pun manfaat orang tersebut dalam membantu urusan kita, calo (orang yang bertindak sebagai perantara tersebut) tidak segan-segan memberikan harga tinggi. Berikut ada beberapa tips yang bisa saya berikan bila kita harus berurusan dengan calo.
Cari calo yang mau kerja transparan. Cari calo yang mau terus terang dan membeberkan rincian biaya total untuk membantu urusan kita. Dengan begitu akan lebih jelas berapa sebenarnya tarif calo tersebut. Negosiasi dengan calo pun lebih jelas. Yang ditawar hanya balas jasa calo tersebut karena kita sudah tahu biaya total yang seharusnya kita keluarkan.
Pelajari rincian biaya yang disampaikan calo. Kalau kita mau berurusan dengan calo yang transparan, kita harus minta penjelasan biaya yang sudah dikeluarkan. Biasanya penjelasan ini kita minta bila urusan kita sudah selesai. Calo akan memaparkan satu per satu biaya yang dikeluarkan. Tugas kita adalah mempelajari rincian tersebut. Misalnya saat mengurus STNK, kita lihat sendiri nominal biaya perpajakan yang dikeluarkan.
Jangan mau terima bersih. Pada dasarnya paparan di atas mengarahkan kita agar jangan sekedar terima bersih kalau kita menggunakan jasa calo. Yakinlah bahwa calo itu tidak akan segan-segan memasang harga setinggi-tingginya saat menawarkan jasa mereka. Kalau kita memasang sikap cukup tahu bersihnya sama saja dengan memberikan kesempatan calo untuk jual mahal.
Perlu saya tegaskan bahwa yang saya maksud dengan calo adalah orang-orang yang menawarkan jasa pribadi untuk membantu urusan kita. Mereka umumnya berkeliaran di sekitar tempat yang berkepentingan. Misalnya untuk mengurus SIM (Surat Izin Mengemudi), mereka dapat ditemukan di Polda setempat. Contoh lain untuk STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), mereka berkeliaran di Samsat setempat.
Saya kasih satu contoh kecil. Misalnya kita perlu berurusan dengan calo untuk membayar pajak kendaraan kita. Yang perlu kita lakukan adalah datang ke Samsat setempat, bertemu tukang parkir yang mau membantu, negosiasi (misalnya disepakati balas jasa sebesar Rp. 30.000), mencari tempat makan sambil membiarkan calo tersebut bekerja, makan, kenyang, minum, segar, menunggu, menunggu, menunggu, bertemu kembali dengan calo, hitung biaya, bayar calo, pulang. Kita tidak perlu repot mengantri di Samsat. Lebih sederhana dan lebih hemat, bukan?
Perlu diperhatikan bahwa yang saya maksud dengan calo tidak sama dengan agen. Agen bisa kita temukan di berbagai tempat. Untuk mengurus SIM, agen dapat ditemukan di tempat kursus menyetir mobil. Di tempat yang sama kita pun dapat menemukan agen untuk membantu mengurus STNK.
Saya sengaja membedakan calo dan agen karena sulit untuk mengharapkan agen bersikap transparan. Agen jelas punya tarif lebih mahal ketimbang calo. Keuntungan menggunakan agen adalah kita cukup datang ke tempat agen dengan persyaratan memadai. Selanjutnya kita tinggal menunggu kabar baik dari agen dan mengambil hasil kerja mereka.
Kita bisa pilih agen untuk membantu kita. Kita bisa datang ke lokasi untuk mencari calo yang tepat. Kita pun bisa urus sendiri. Terus terang banyak tempat yang bahkan melarang calo beroperasi. Seperti kendaraan roda tiga saja sampai harus dilarang beroperasi.
Untuk Anda yang kelebihan uang dan kekurangan waktu, silakan manfaatkan bantuan yang ada. Untuk Anda yang kelebihan waktu dan kekurangan uang, silakan urus sendiri. Untuk tempat-tempat yang melarang calo beroperasi, lebih baik kita urus sendiri. Tulisan saya ini bertujuan untuk membantu mereka yang harus berurusan dengan calo.
Semoga bermanfaat!
--
Amir Syafrudin
Versi PDF tulisan ini: http://www.4shared.com/file/95566352/7754a606/MenghadapiCalo.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.